Berita Seputar Wilayah Rembang

20.4.17

LEGENDA GUNUNG BUTAK REMBANG.


Sebagian masyarakat Indonesia masih punya mitos atau keyakinan "othak athik gathuk " (menyamakan lalu meyakini sesuatu itu benar) terhadap tempat yang dianggap mistis. Seperti tempat yang ada di Desa Bitingan Kecamatan Sale Kabupaten Rembang, yang oleh masyarakat sekitar menamainya dengan Gunung Butak.

Gunung Butak ini memiliki ketinggian sekitar 700 Meter Diatas Pemukaan Laut (MDPL), gunung ini merupakan pucuk gunung paling tinggi jika dibandingkan dengan gunung-gunung disekitarnya. Gunung Butak memiliki dua pucuk gunung, sisi barat disebut Gunung Jati karena bersemayam makam Eyang Jati Kusumo, dan sisi timurnya disebut Gunung Butak, karena tempat ini telihat gundul/ butak tidak ada rumput tumbuh.

Gunung Butak menyimpan sejuta misteri dan mitos yang dipercaya dan dilestarikan oleh warga sekitar. Mitos itu menyebut kalau tanah yang Buthak /Gundul yang tidak ditumbuhi tanaman rumput adalah tempat bersemayamnya keris Eyang Jati Kusumo yang terkenal  dengan sebutan Ampal Bumi.

Makam Eyang Jati Kusumo

Minurut cerita Mbah Ngadiyo, sesepuh disana bercerita dengan logat Jawa, berikut ceritanya:

Jaman semana ing Gunung Buthak ana Siluman Ula gedhe banget sing ngganggu katentremane warga, saking sektine, ora ana warga sing wani ngusik Siluman Ula mau. Mbareng Eyang Jatikusumo rawuh, ula mau bisa dikalahake malah dadi pengawale, nganti titi wanci kapundhute Eyang Jatikusumo dadi penjaga makame Eyang.

Sak liyane ula, ing Gunung Buthak uga ana crita Siluman Putri Celeng lan Siluman Rambut Geni. Putri Celeng digambarake awujud putri sing ayu, nanging ing sawijining wektu sirahe awujud celeng awake putri ayu, ing wektu liyane awake sing awujud celeng sirahe awujud putri ayu. 

Dene Siluman Rambut Geni digambarake makhluk awake awujud menungsa nanging rambute murub mengangah kaya geni. Siluman loro iki manggon ing Telaga Jambangan sisih kidule Gunung Buthak.

Peziarah makam Eyang Jati Kusumo yang datang ke Gunung Butak bukan hanya dari Kabupaten Rembang, tapi juga ada yang dari Blora, Tuban, Bojonegoro, dan tempat lain di Jateng dengan berbagai macam niatan.

Telaga Jambrangan

Ada yang hanya berwisata, ada yang datang karena banyak menanggung masalah dalam hidup, ada yang meminta kesembuhan dari penyakit dan ada juga yang meminta kekayaan. Barang siapa yang kepingin datang ke makam, di wajibkan untuk bersuci dan membersihkan hati di Telaga Jambrangan. Syarat lainya, tidak boleh membuat kerusakan alam dan tindakan yang lainya yang tidak baik.

Mitos dan misteri ini telah menjadi bagian dan mengakar di masyarakat sekitar Gunung Butak, mewujudkan kearifan lokal yang telah menjadi kekayaan budaya lokal yang harus dihormati. Betul dan tidaknya tergantung dari kita menyikapinya.(Handoko)